disusu oleh Herman Teguh Irawan
Pendahuluan
Pendahuluan
Dalam
alur sejarah agama-agama di India, zaman agama Buddha dimulai semenjak tahun
500S.M.hingga tahun 300 M. Secara historis agama tersebut mempunyai kaitan erat
dengan agama yang mendahuluinya, namun mempunyai beberapa perbedaan dengan
agama yang mendahuluinya dan yang datang sesudahnya ,yaitu Hindu.
Secara
garis besar ajaran agama Budha dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok, yaitu
Budha ,dharma,dan sangha. Ajaran tentang Buddha menekankan pada bagaimana umat budha
memandang sang Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha dan asas rohani yang
bisa dicapai oleh setiap makhluk hidup.
Pada perkembangan selanjutnya ajaran tentang Buddha ini berkaitan pula
dengan masalah ketuhanan yang menjadi salah satu ciri ajaran semua agama.
Ajaran tentang dharma banyak membicarakan tentang masalah-masalah yang dihadapi
manusia dalam hidupnya, baik yang berkaitan dengan ciri manusia sendiri maupun hubungannya
dengan apa yang disebut Tuhan dan alam semestadengan segala isinya. Ajaran tentang sangha, selain mengajarkan
bagaimana umat Buddha memandang sangha sebagai pasamuan para Bhikkhu,juga
berkaitan dengan umat Buddha yang menjadi tempat para Bhikkhu menjalankan
dharmanya, baik ditempat kelahirannya di India maupun ditempat agama tersebut
berkemabang.
Berdasarkan
paparan diatas, uraian dalam tulisan ini akan mencoba membahas agama Buddha dari ketiga pokok ajarannya dengan penggambaran sekilas, tidak begitu mendalam,
tetapi diharapkan dapat memberikan gambaran yang agak lengkap dengan agama
tersebut.
A. Agama Budha di India
Sejarah
perkembangan agama Budha di India setelah Budha Gautama wafat dapat dibagi
menjadi tiga periode, yaitu(a). Masa Perkembangan Awal hingga pasamuan Agung
kedua, (b).Masa kekuasaan Raja Ashoka,dan (c).Masa kemunduran Agama Budha di
India, Secara singkat masing-masing periode tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
Ø Masa Perkembangan Awal
Beberapa
minggu setelah Buddha meninggal dunia segera terjadi perbedaan-perbedaan
pendapat di kalangan para pengikutnya, terutama karena dia tidak
[1]meninggalkan
ajaran yang tertulis dan tidak menunjuk seseorang sebagai penggantinya.
Sekelompok Bhikkhu berusaha merubah aturan yang telah di tetapkannya karena
terasa berat dilaksanakannya dan dipertahankan, sementara lainnya berusaha
untuk memelihara kemurnian ajarannya. Kelompok terakhir ini kemudian memutuskan
untuk mengadakan pasamuan guna untuk membahas masalah-masalah berkembang waktu
itu, terutama yang menyangkut ajaran-ajaran (dharma) .
Seratus
tahun kemudian munculpula sekelompok Bhikkhu yang menghendaki agar beberapa
peraturan dari vinaya yang mereka anggap keras dan membosankan rubah dan
diperlunak.Untuk menanggapi tuntutan ini kemudian diselenggarakan pasamuan
agung kedua di Vesali. Pada Pertemuan ini terbukti bahwa kelompok yang ingin
tetap mempertahankan kemurniyan vinaya berjumlah lebih kecil dari pada kelompok
yang menginginkan perubahan-perubahan. Kelompok pertama kemudian menamakan diri
dengan stavirada, yang kelak disebut Theravada; sedang kelompok bhikkhu yang menginginkan
perubahan dengan menamakan diri dengan Mahasanghika.
Setelah
pasamuan agung kedua tersebut, untuk selama 100 tahun tidak banyak yang
diketahui tentang perkembangan agama Buddha di India, terutama setelah raja
kalasoka meninggal dunia. Baru dengan munculnya Raja Asoka dari dinasti Maurya,
sekitar 272 S.M. agama Buddha memperlihatkan
perkembangan yang sangat pesat ke seluruh India.[2]
Ø Masa Kekuasaan Raja Asoka
Asoka Adalah Seorang
raja dan panglima perang yang hampir meluaskan kekuasaan hampir keseluruh
India. Tetapi setelah memeluk agama Buddha, ia menyesali perbuatan-perbuatannya
itu, dan kegiatannya kemudian diarahkan untuk menyebarkan dan mengembangkan
agama yang dipeluknya, disamping usaha-usaha lain untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Dalam masa pemerintahannya, agama Buddha berkembang
menjadi agama yang berpengaruh diseluruh
India dan mempunyai peranan dalam berbagai bidang kehidupan ,baik
sosial,kebudayaan,ekonomi maupun politik.
Salah satu usahanya
yang dianggap penting bagi sejarah perkembangan agama Buddha adalah pembuatan
piagam-piagam yang dipahatkan pada tugu-tugu batu atau lereng-lereng gunung
yang ditandatanganinya, Piagam itu berisi anjuran kepada rakyatnya agar hidup
sesuai dengan ajaran-ajaran sang Buddha,penyesalannya atas peperangan yang
dilakukannya,dan anjuran agar menghormati agama lain. Dibawah kekuasaan raja
Asoka ini pula diadakan pasamuan agung ketiga pada tahun 249 S.M. di
Pataliputra ,yang dimaksudkan untuk meneliti kembali ajaran-ajaran Buddha serta
mencegah penyelewengan-penyelewengan yang mengakibatkan perpecahan dalam
sangha. Diduga pasamuan ini hanya diikuti oleh golomgan Theravada saja karena
kitab-kitab mahayana tidak menyebutkannya. Hal ini memperlihatkan bahwa pada
waktu itu perpecahan antara kedua golongan tersebut sudah cukup besar dan
meluas.
Dalam pasamuan agung
keiga tersebut mulai tersusun kitab Abhidharma pitaka yang merupakan bagian
dari Tripitaka, serta tersusunnya kitabTripitaka sebagaimana yang dapat dilihat
sekarang ini, sungguhpun belum dituliskan kedalam kitab-kitab dan masih
dihafalkan saja. Menjelang pertemuan berakhir, atas anjuran raja Asoka,
diputuskan untuk mengirimkan utusan- utusan ke berbagai negara untuk
menyebarkan Dharma, antara lain kesiria,Mesir,Yunani Macedonia, India belakang dan asia tenggara.
Salah seorang utusan yang dikirim itu adalah Mahinda, putra raja Asoka sendiri,
ke Srilangka yang hingga sekarang merupakan salah satu pusat agama Buddha yang
penting diDunia.
Seteah Asoka meninggal
dunia pada tahun 233 S.M, kerajaannya terpecah belah menjadi beberapa negara
bagian,dan pada tahun 158 S.M kekuasaan dinasti Maurya digantikan oleh dinasti
Songa. Sejalan dengan itu perpecahan antara golongan staviravada Mahasanghika
juga semakin meluas, yang pada gilirannya mempengaruhi pula cara pemahaman terhadap ajaran agama
Buddha. Petunjuk perpecahan tersebut terlihat dalam pelaksanaan pasamuan agung keempat
yang dinilai berbeda oleh kedua belah pihak . Golongan Theravada menyatakan
bahwa pasamuan tersebut dilaksanakan diAluvihara Srilangka sekitar tahun 83s.m
dan memutuskan kitabTripitaka ditulis untuk pertama kalinya dengan tujuan agar
semua orang mengetahui kemurnian dharma dan vinaya. Golongan mahayana
menyebutkan bahwa pasamuan tersebut diadakan pada abad pertama Masehi di bawah lindungan raja Kaniska dari
Afghanistan.
Benih pertumbuhan
golongan Mahayana sebenarnya sudah ada sejak pasamuan agung pertama ketika umat
Buddha mulai terpecah menjadi dua golongan besar, yaitu Staviravada dan
Mahasanghika. Tetapi baru kira2 pada awal abad pertama Masehi golongan Mahayan
muncul ke permukaan sejarah terutama setelah terbitnya buku Mahayana sraddha
utpada, karangan as Vagosha,yang berisi pokok-pokok ajaran Buddha Mahayana. Di tangan Mahayana, agama Buddha
mengalami beberapa perubahan. Pengertian tentang sang Buddha, yang semula
dianggap sebagai manusia yang telah mencapai pencerahan yang tinggi, kemudian
berkembang menjadi prinsip universal yang bermanivestasi dalam wujud
makhlu-makhluk luhur Dyani Buddha. Cita-cita seorang pemeluk agama Buddha yang
semula hanya untuk mencapai tingkat arahat, yaitu manusia yang dengan usahanya
sendiri mencapai kebebasan, kini berkembang menjadi cita-cita menjadi
Boddhisastava, yaitu Makhluk-makhluk luhur dengan cinta kasih, kekuatan dan
kekuasaan yang dapat menyelamatkan manusia lain. Pengertian ini menimbulkan
praktek-praktek pemujaan dan kebaktian serta ajaran tentang pahala dan
penyelamatan melalui percaya sebagai ciri agama yang mengutamakan bakti.
Terjadi pula pergeseran
ajaran-ajaran pokok,seperti anitya,anatma Hasta Arya Marga. Dua yang pertama
menjadi ajaran tentang sunyata, atau
kekosongan, yaitu bahwa segala sesuatu di alam semesta ini pada hakikatnya
adalah kekosongan. Ajaran Dukkha tergeser ke belakangan dan berubah menjadi
ajaran tentang kebahagiaan dan kenikmatan di alam surga. Ajaran untuk berusaha
sendiri seperti yang terlihat dalam HastaArya Marga berkembang menjadi ajaran
yang memuja dan memohon kepada Sang Budha.[3]
Akibat dari
perkembangan-perkembangan di atas agama Budha berubah ke bawah,ia menjadi agama
yang mengutamakan pemujaan disesuaikan dengan alam pikiran keagamaan kebanyakan
orang India waktu itu, sehingga menjadi berkembang dan meluas dikalangan rakyat
kecil tetapi dangkal segala-galanya dan keatas,agama budha mendorong tumbuhnya
pemikiran yang tinggi dalam bidang metafisika dan filsafat.
Perkembangan Budha
Mahayana yang pesat tidak terlepas dari peranan tokoh-tokohnya, seperti
Asvagosha, Cantideva, Nagarjuna, Aryasangha dan arya dewa. Tiga yang tersebut
akhir dipandang sebagai”tiga matahari Mahayana” terutama karena jasa mereka
menyebarkan ajaran Mahayana keberbagai daerah di Asia.Kitab-kitab yang ditulis
tokoh-tokoh tersebut kemudian dipandang sebagai kitab suci dalam aliran Budha
Mahayana .Diantaranya adlah madyamika,karya nagaryuna, yang berisi ajaran
mistik dan metafisika menurut faham
Mahayana seperti terdapat dalam rumusan “delapan tiada”,yaitu; tiada
pembentukan, tiada penghancuran, tiada pelenyapan, tiada kekekalan,tiada kesatuan
dan keanekaragaman,tiada yang datang dan pergi.
Aryasangha bersama-samaVasubandhu,
mendirikan sesuatu aliran yang disebut yogacra. Inti ajarannya ialah bahwa
segala sesuatu kecuali kesadaran adalah tidak nyata. Yang mutlak adalah cita
atau pikiran, terutama kalau dilihat dari seorang yogin yang apabila berhadapan
dengan yang mutlak akan melihat dalam bagian hidupnya yang terdalam satu
percikan yang terang. Seseorang berbuat sesuatuyang tidak nyata itu sebagai
nyata dan dia harus berbuat bahwa seoalah-olah yang tidak nyata sebagai
kenyataan,sebagaiman dia memahami derita orang lain sebagai deritanya sendiri
dengan tujuan menolong orang lain. Kesadaran tersebut bersumber pada yang
tunggal tersebut.Manifestasi kesadaran tersebut terlihat dalam doktrin trikaya,
Dimana hakikat yang tunggal terwujud dalam tiga tingkatan yang makin lama makin
besar. Pendekan kepada yang tunggal itu melalui tiga tingkatan yaitu realisme
umum, Relativitas dari segala sesuatu pengertian sempurna bahwa dunia ini itu
perwujudan dari inti kesadaran murni.Manusia mencapai hikmat tertinggi jika ia
sudah dapat melihat sesuatu sebagai khayalan. Perwujudan itu biasanya diliha
sebagai sesuatu lingkaran biru,atau sesuatu rangka yang melalui khayalan dan
dipandang sebagai pikiran atau cita-cita. Oleh karena itu sunia adalah sesuatu
impian yang tidak memiliki kenyataan.
Aliran Agama Budha
Mahayana memegangi ajaran-ajaran pokok agama Budha sebagaimana umumnya
dipegangi pula oleh aliran lainny. Hanya saja, Mahayana Mengembangkannya
melalui pandangan filsafat yang secara metodologis berbeda dengan aliran
Theravada.
Ø Kemunduran Agama Budha di India
Setelah mengalami perkembangan yang
mengesankan di India selama lebih kurang lima abad, Akhirnya agama Budha
mengalami kemunduran, baik dari segi kualitas maupun kwantitasnya. Pada abad
ketujuh Masehi, kemerosotan tersebut semakin meluas di India, antara lain
disebabkan oleh serangan bangsa Hun Putih dari utara yang banyak menghancurkan
pusat-pusat peribadatan agama Budha. Usaha untuk mengatasi kemunduran tersebut
juga ada, seperti yang dilakukan oleh kaisar Harsya(606-647M), namun kemunduran
itu agaknya sudah tidak dapat dicegah lagi.
Dari laporan perantau
china seperi fa hsien (399-414M) Hsuan chuang dan i’tshing, dapt diketahui
bahwa jumlah wihara di india semakin berkurang dan pengalaman serta penyebaran
agama Budha semakin kendor.Agama Budha semakin lama semakin bersifat India lama
dengan semakin banyaknya unsur asli India yang masuk kedalam agama tersebut. Di samping itu, muncul
kembali persaingan dengan agama Brahmana yang dimulai bangkit,setelah sempat
terdesak oleh agama Budha untuk jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, yang
paling terparah dari semua itu adalah rusaknya kebatinan ajaran agama Budha dan
perkembangan Islam yang mulai menyebarkan ajarannya ke timur sejak abad ke
delapan Masahi.
Akibat dari hal-hal di
atas, aliran Theravada dan Mahayana lambat laun tersingkir dari tanah
kelahirannya sendiri terutama karena peranan sangha yang cukup besar dalam
penyebaran agama Budha selama ini menjadi jauh berkurang sejak abad ketujuh
Masehi tersebut. Kemunduran peranan sangha ini antara lain disebabkan banyaknya
unsur non-buddhis yang masuk ke dalam. Agama Budha, sehingga menyebabkan
merosotnya penghargaan rakyat terhadap sangha dan mengakibatkan berkurangnya
dana yang diterimanya.
Namun, kemunduran agama
Budha di India dapat dipandang sebagai terbukanya kesempatan bagi agama
tersebut untuk berkembangdi luar India,dengan membentuk pusat-pusat agama baru
di luar India, baik dari aliran Theravada maupun Mahayana, Sebagaimana secara
singkat akan diuraikan berikut.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan agama Buddha tidak bisa lepas dari
usaha-usaha Dharmaduta-Dharmaduta yang berjuang keras dalam mengembangkan agama
Buddha. Raja Asoka termasuk salah satu raja yang aktif dalam mengembangkan
agama Buddha dengan mengirimkan Dharmadutanya ke berbagai penjuru dunia. Dalam
perkembangannya agama Buddha menjumpai tidak sedikit halangan termasuk dari
berbagai agama bahkan dari aliran-aliran agama Buddha sendiri demi untuk
kepentingan mereka pribadi.
Agama Buddha mengalami kemunduran di India yang
merupakan tempat lahirnya Agama Buddha, dikarenakan mulai kembalinya pengaruh
dari agama Brahma dan terpecahnya agama Buddha menjadi beberapa aliran atau
sekte yang saling mempertahankan pendapatnya dan kitab yang digunakannya. Saat
ini agama Buddha mulai menggema kembali di dunia, terutama di barat dimana
orang-orang barat ingin mencari hal-hal yang bersifat spiritual yang di dunia
barat sendiri sulit untuk mendapatkannya. Sehingga mereka mencarinya ke daerah
timur (asia) yang sejak dulu terkenal dengan pusat-pusat spiritualnya dan
tokoh-tokoh agamanya. Dalam perkembangan agama buddha didunia sekarang ini
sangat prsat sekali dibanding zaman yang dulu terutama dibelahan bumi bagian
barat (Amerika dan eropa). Orang-orang dibarat saat ini lebih menyukai spritual
dan filsafat orang-orang timur, dimana terjadi kebalikanya oarang timur lebih
menyukai hal-hal yeng bersifat modern dan kapitalis yang dimiliki orang barat
DAFTAR PUSTAKA
- Conze,Edward,Sejarah
Singkat Agama Buddha,Karaniya, Jakarta, 2010.cet. I
- Memahami
buddhayana, Bandung. 1995. cet. 50
- Arifin,
Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, PT. Citra Mandala Pratama,
Jakarta. 2004. cet :11
- Wahyono
Mulyadi. 1995. Sejarah perkembangan Agama Buddha. Jakarta: Dirijen Bimas
Hindu Buddha
- Salaby,
Ahmad, Agama Besar Di India, Jakarta : Bumi Aksara, 1998.
·
Mukti Ali (agama-agama
dunia).
0 komentar:
Posting Komentar