disusun oleh Khoirun nisa muzakir aladin
1. Pengertian Meditasi
1. Pengertian Meditasi
Meditasi
adalah membiasakan diri kita agar senantiasa mempunyai sikap yang positif,
realistis, dan konstruktif. Dengan bermeditasi kita dapat membangun kebiasaan
baik dari pikiran kita. Meditasi dilakukan dengan pikiran, artinya meskipun
kita duduk dengan sikap sempurna, melaksanakan meditasi dalam waktu yang cukup
lama, naming pikiran kita berlari kesana kemari dengan liar, dan memikirkan
objek-objek kemelekatan, itu bukanlah meditasi.
Dengan
meditasi kita akan dapat mengalihkan pikiran dan pandangan kita sedemikian rupa
sehingga kita lalu menjadi lebih berwelas asih, cinta kasih dan kita lalu
mengerti tentang hakekat dari kenyataan kehidupan ini.
Dengan
melaksanakan meditasi kita akan dapat menumbuhkan kebiasaan baik dari pikiran
dalam meditasi, tingkah laku sehari-hari kita juga akan berubah. kebbencian,
keserakahan, rasa iri hati yang membara didalam diri kita, dapat kita taklukan,
kita lalu menjadi tenang, merasa puas dan berterima kasih, tidak lagi resah dan
gelisah, dan frustasi.[1]
Meditasi
Buddhis ada dua macam yakni, sebagai
berikut:
1.
Meditasi Samatha-Bhavana yakni
meditasi untuk mencapai keterangan hidup. Dalam abad nuklir ini, dimana
kehidupan terasa semakinkeras dan kompleks, memang sangat dibutuhkan meditasi
samatha bhavana ini, untuk menghilangkan stress, frustasi dan untuk menciptakan
ketenangan batin.
2.
Meditasi Vipassana-Bhavana, yakni
mediatsi yang dapat membersihkan kekotoran bathin dan pikiran secara total,
sehingga kita dapat mencapai pandangan terang.[2]
3.
Tujuan Meditasi
Meditasi Buddhis pada dasarnya
berkaitan dengan dua tema: mengubah pikiran dan menggunakannya untuk
mengeksplorasi dirinya sendiri dan fenomena lain.Sang Buddha sejarah sendiri,
Siddhartha Gautama, dikatakan telah mencapai pencerahan saat bermeditasi di
bawah pohon Bodhi.
Yang
pertama terdiri dari praktek bertujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk
memfokuskan perhatian tunggal-tajam, yang terakhir termasuk praktek-praktek
bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan kebijaksanaan melalui melihat sifat
sejati dari realitas.[3]
4.
Vipassana Bhavana .
Vipasasana berarti melihat
benda-benda dalam keadaan sebenarnya. Kontenplasi tentang tiga hal yang
karakteristik:
a. anicca berarti tidak adanya
kekakalan kelanggengan
b. Dukkha berarti penderitaan
c. Anatta berarti tidak adanya jiwa[4]
Vipassana membawa kita kepada
tingkatan arahat. dengan konsentrasi kita dapat membangkitkan enam tingkatan
kegaiban.
1. Mata dewa yang dapat menjauh
2. Pendengaran dewa yang dapat
mendengar sesuatu yang lain orang tidak dapat mendengarnya.
3. dapat melihat dan mengetahui
kehidupan-kehidupan yang lampau.
4. Dapat membaca pikiran-pikiran orang
lain
5. Mempunyai kekuatan-kekuatan psichis
(gaib)
6. Dapat mempunyai pengetahuan yang
luar biasa dan bijaksana mengenai penghancuran dan nafsu-nafsu dan tercapainya
tingkat arahat.[5]
Untuk melaksanakan pelajaran dari
sang Buddha, bagi tiap-tiap orang adalah yang terpenting sekali memelihara dan
mengembangkan dalam dirinya tentang kebijaksanaan dari Sila, Samadhi, dan
Panna. Orang seharusnya tidak ragu-ragu lagi untuk memiliki tiga macam
kebijaksaan itu.
Sila, adalah suatu pengekangan diri,
atau tali kendali diri, untuk orang-orang biasa adalah Panca-Sila sebagai
ukuran yang minimum. untuk para Bhikksu ialah peraturan dari Patimokha-Sil.
orang-orang yang telah taat menjalankan Sila itu akan dilahirkan kembali dalam
kehidupan berbahagia sebagai manusia atau sebagai dewa. Tetapi bentuk yang
biasa dari Lokiya-Sila itu, tidak dapat menjamin seseorang terhadap kemunduran
atau terhadap jatuh kembali dalam keadaan yang lebih rendah, atau kedalam
kehidupan yang lebih buruk.
Jika seseorang telah dapat
menjalankan Sila ini dengan sempurna, maka ia akan terjamin, dan tidak dapat
jatuh lagi kedalam keadaan yang lebih rendah, dan ia akan selalu terpimpin
kedalam kehidupan yang lebih berbahagia, lahir sebagai manusia atau sebagai
dewa. Maka itu tiap-tiap orang harus menetapkan suatu tujuan didalam
kewajibannya untuk menjalankan Lokuttara-Sila itu.
Tidaklah cukup kalau mengerjakan
Sila saja: adalah perlu juga menjalankan Samadhi. Samadhi adalah pemusatan dan
ketenangan dari pikiran. Pikiran yang biasa atau pikiran yang tidak
terkendalikan, adalah keadaan berkelana ketempat-tempat lain; tidak dapat
dikontrol terus, ia selalu mengikuti bermacam-macam cita-cita, bentuk-bentuk
pikiran, bayangan-bayangan dan lain-lainya. Untuk mencegah berkelananya pikiran
itu, maka pikiran tersebut harus ditujukan kepada objek Samadhi yang telah
ditentukan.
Samadhi terdapat dua macam, yaitu:
1. Lokiya Samadhi
2. Lokuttara Samadhi
kedua-duanya
ini adalah praktek Samatha Bhavana, yaitu: Anapana, Mettana, Kasina, dan
lain-lainnya, yang dapat membawa kita kedalam perkembangan dari keadaan Lokiya
Yhana, seperti empat Rupa Yhana dan empat Arupa yhana, yang menyebabkan orang
dapat dilahirkan dialam Brahma.
Kehidupan
dalam Brahman itu berlangsung sangat lama, ada yang lamanya satu kalpa, dua,
empat, delapan dan seterusnya sampai batasnya delapan puluh empat ribu maha
kalpa, menurut segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Tetapi kehidupan
seorang Brahma itu juga menemui kematian, dan akan lahir kembali sebagai
manusia atau dewa. Kalauia menjalankan kehidupan yang becik sepanjang masa,
maka ia akan mendapat kebahagiaan didalam kehidupan yang lebih tinggi. tetapi,
jika ia belum bebas dari kekotoran (kilesa), maka sewaktu-waktu ia dapat
terjerumus dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang cemar (rendah).
Lokiya
Samadhi masih belum sempurna. Karena itu, sebaiknya kita menjalankan Lokuttara
Samadhi, yang tidak lain dari Mangga Samadhi dan Phala Sanadhu, Untuk dapat
menjalankan Samadhi ini penting sekali kita harus memelihara Panna, yaitu
Kebijaksanaan.
maka
terdapatlah dua macam Panna, yaitu: Panna dan Lokuttara Panna. Pada jaman
sekarang, pengetahuan-pengetahuan dari kesusteraan, kesenian, ilmu pengetahuan
atau kemajuan keduniaan seperti sekarang, biasanya doanggap sebagai Panna.
Tetapi bentuk Panna ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Bhavana
(perkembangan hidup). Pun tidak dapat dianggap sebagai suatu kebahagiaan yang
sejati, sebab semua alat senjata yang diapakai untuk menghancurkan manusia,
adalah berdasarkan inspirasi dari ilu pengetahuan duniawi ini.
Arti dari
Lokiya Panna sebenarnya, kalu ditinjau dari segala sudut lainnya, hanyalah
kebahagian, dan tidak ada penderitaan dalam bentuk apapun juga. Ilmu
pengetahuan didalam organisasi yang baik dan bebas, yang dijalankan dengan
tidak menimbulkan penderitaan, yaitu belajar untuk mencapai pengetahuan dari
kebenaran atau menyelidiki naskah-naskah, dan mempelajari tiga tingkatan
pengetahuan didalam Vipassana Bhavana, yaitu:
1. Satu-maya-panna, ialah pengetahuan
yang berdasarkan atas belajar.
2. Cinta-maya-panna, ialah pengetahuan
yang berdasarkan atas berfikirn dan
3. Bhavana-maya-panna, ialah
pengetahuan yang berdasarkan atas perkembangan batin adalah Lokiya Panna.
Pahala dari memiliki Lokiyana Panna, ialah seseorang akan mendapatkan
kebahagiaan didalam kehidupan yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat mencegah
resiko-resiko dalam kelahiran kembali dineraka atau dialam kehidupan yang lebih
rendah dan sengsara.[6]
Bagaimana caranya kita mengembangkan pandangan terang?”
Jawabannnya adalah,” Kita mengembangkan pandangan terang dengan bermeditasi
terhadap lima kelompok kemelekatan. Fenomena mental dan jasmani di dalam
makhluk hidup adalah kelompok kemelekatan. Mereka bisa dicengkeram oleh hasrat
dan disertai kesenangan, yang disebut ‘kemelekatan indera’, atau mereka bisa
dicengkeram oleh pandangan salah, yang disebut ‘kemelekatan terhadap
pandangan’.
Bermeditasi dan melihat mereka sebagaimana adanya. Jika
tidak, anda akan mencengkeramnya dengan hasrat dan pandangan salah. Sekali anda
melihat mereka sebagaimana adanya, anda tidak akan mencengkeram mereka lagi.
Inilah caranya mengembangkan pandangan terang. Kita akan membahas lima kelompok
kemelekatan secara terperinci.
Lima Kelompok Pencengkeraman
Yang
disebut dengan lima kelompok pencengkeraman adalah: bentuk materi (rūpa),
perasaan (vedanā), pencerapan (saññā), bentuk-bentuk pikiran
(sankhāra), dan kesadaran (viññāna). Apakah mereka itu?
Mereka adalah hal-hal yang anda alami sepanjang waktu. Anda tidak perlu pergi
ke mana pun untuk mencari mereka. Mereka berada di dalam diri anda. Ketika anda
melihat, mereka ada di dalam proses melihat. Ketika anda mendengar, mereka ada
di dalam proses mendengar.
Ketika
anda mencium, mengecap, menyentuh, atau berpikir, mereka ada di dalam proses
mencium, mengecap, menyentuh, atau berpikir. Ketika anda menekuk, menjulurkan
atau menggerakkan anggota tubuh anda, kelompok pencengkeraman berada di sana
dalam proses menekuk, meluruskan atau bergerak. Hanya saja anda tidak mengenal
mereka sebagai kelompok pencengkeraman karena anda belum pernah bermeditasi
tentang mereka, dan tidak mengetahui mereka sebagaimana adanya. Karena tidak
mengetahui mereka sebagaimana adanya, anda mencengkeram mereka dengan
hasrat/pendambaan dan pandangan salah.
Apa
yang terjadi ketika anda menekuk lengan anda? Ini bermula dari keinginan untuk
menekuknya. Kemudian proses materi dari gerakan menekuk muncul setelah itu.
Pada keinginan untuk menekuk lengan terdapat empat kelompok mental. Pikiran
yang ingin menekuk adalah kesadaran. Ketika anda berpikir tentang menekuk
lengan, anda mungkin merasa senang, tidak senang, atau netral dalam
melakukannya. Jika anda melakukannya dengan kegembiraan, ada perasaan senang.
Jika anda melakukannya dengan kurang gembira, ada perasaan tidak senang. Selain
itu, maka perasaannya netral.
Sehingga
ketika anda berniat menekuk lengan, kelompok perasaan berada di sana. Kelompok
pencerapan mengenali atau mencerap proses menekuk. Bentuk-bentuk pikiran
mendorong anda untuk menekuk lengan, seolah-olah berkata, “Tekuk! Tekuk!” Jadi
dalam tindakan menekuk lengan, semua empat kelompok mental terlibat, yaitu: perasaan,
pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Gerakannya sendiri adalah
kelompok materi, sehingga semuanya menjadi lima kelompok.
Dalam
satu gerakan menekuk lengan, lima kelompok ini muncul. Setiap kali anda
bergerak, lima kelompok ini muncul secara berulang-ulang. Setiap gerakan
menimbulkan lima kelompok tersebut. Jika anda belum bermeditasi tentang mereka
dengan benar, dan belum mengetahui mereka sebagaimana adanya, kami tidak perlu
memberitahukan anda apa yang terjadi. Anda harus mengetahuinya sendiri. Apa
yang anda pikirkan adalah “Aku ingin menekuk lengan, lalu aku menekuknya.”
Bukankah begitu? Semua orang berpikir seperti itu. Tanyakan saja pada
anak-anak, dan mereka akan memberikan jawaban yang sama. Tanyakan orang dewasa
yang tidak mampu membaca atau menulis, dan dia akan memberikan jawaban yang
sama.
Tanyakan
orang seorang yang mampu membaca, dan dia akan memberikan jawaban yang sama.
Jika ia telah banyak membaca, ia mungkin memberikan jawaban dengan bahasa kitab
suci, menyebutkan mental (nāma) dan jasmani (rūpa), tetapi
hal ini bukanlah apa yang dia ketahui sendiri, hanyalah apa yang telah ia baca.
Apa yang sebenarnya ia pikirkan adalah, “Aku berniat menekuk lengan, lalu aku
tekuk.
Aku
berniat bergerak, lalu aku bergerak.” Ia juga berpikir,”Aku pernah melakukannya
dulu, lakukan itu sekarang, dan aku akan melakukannya lagi.” Cara berpikir
seperti ini adalah pemikiran tentang kekekalan. Tidak ada orang yang berpikir,
“Keinginan untuk menekuk hanya ada sekarang.” Orang biasa selalu berpikir,”
Pikiran ini telah ada sebelumnya. ‘Aku’ yang sama yang telah ada sebelumnya,
sekarang berpikir mau menekuk lengan.” Mereka juga berpikir, “’Aku’ yang
berpikir ini ada sekarang, dan akan terus ada.”
Ketika
anda menekuk atau menggerakkan tangan dan kaki anda, anda berpikir, “Tangan dan
kaki yang sama yang telah ada sebelumnya sedang bergerak sekarang. ‘Aku’ yang
sama yang telah ada sebelumnya sedang menggerakkan tangan dan kaki sekarang.”
Setelah menggerakkan tangan dan kaki, anda berpikir lagi, “Tangan dan kaki ini,
dan ‘Aku’ ini selalu ada.” Tidak pernah terpikir oleh anda bahwa mereka semua
lenyap. Ini juga adalah pemikiran tentang kekekalan. Ini artinya melekat pada
apa yang tidak kekal dianggap kekal; melekat pada apa yang bukan orang atau
diri, dianggap sebagai orang atau diri.
Setelah
anda menekuk atau meluruskan lengan sesuai dengan keinginan anda, anda berpikir
itu bagus. Contohnya, karena anda merasa lengan anda kaku, anda menggerakkannya
dan rasa kaku hilang. Lalu anda merasa nyaman kembali. Anda berpikir itu bagus,
dan merupakan sumber kebahagiaan. Penari menekuk dan meluruskan sambil menari,
dan mereka bergembira dalam melakukan ini. Mereka menikmatinya dan merasa
senang dengan diri mereka sendiri. Ketika anda berbincang-bincang, anda sering
menggerakkan tangan, kaki dan kepala, lalu merasa senang, dan berpikir itulah
kebahagiaan.
Ketika
sesuatu yang anda lakukan menemui keberhasilan, anda berpikir itu bagus, dan
merupakan sumber kebahagiaan. Inilah caranya anda bergembira dalam hasrat dan
mencengkeram terhadap berbagai hal. Apa yang tidak kekal anda anggap kekal,
lalu anda bergembira di dalamnya. Apa yang bukan kebahagiaan, bukan juga
kepribadian, tetapi hanya merupakan kelompok mental dan jasmani, anda anggap
sebagai kebahagiaan atau kepribadian, dan bergembira di dalamnya. Anda
bergembira dan melekat pada kelompok-kelompok ini, dan mengira mereka itu
adalah diri atau ego anda sendiri.
Ketika
anda menekuk, meluruskan, atau menggerakkan anggota tubuh, berpikir bahwa ”Aku
akan menekuk” adalah kelompok pencengkeraman. Menekuk adalah kelompok
pencengkeraman. Meluruskan adalah kelompok pencengkeraman. Berpikir, ”Aku akan
bergerak” adalah kelompok pencengkeraman. Bergerak adalah kelompok pencengkeraman.
Ketika kita berbicara tentang kelompok pencengkeraman, yang seharusnya
direnungkan/dimeditasikan, yang kami maksud hanyalah hal-hal di atas.
Hal
yang sama terjadi dalam proses melihat, mendengar, dan seterusnya. Ketika anda
melihat, landasan penglihatan – yaitu mata dan juga obyek yang dilihat, adalah
manifestasi. Keduanya adalah kelompok materi. Mereka tidak dapat mengetahui.
Jika seseorang tidak dapat bermeditasi sewaktu melihat, ia akan mencengkeram
mereka. Ia berpikir bahwa seluruh tubuh dengan mata tersebut adalah kekal,
bahagia, dan memiliki diri – jadi ia mencengkeramnya. Ia berpikir bahwa seluruh
dunia materi dengan obyek yang terlihat tersebut adalah kekal, indah, bagus,
bahagia, dan memiliki diri – jadi ia mencengkeramnya. Sehingga bentuk, mata,
dan obyek yang terlihat disebut kelompok pencengkeraman.
Ketika
anda melihat, “melihat” muncul. Hal ini mencakup empat kelompok mental.
Menyadari ketika melihat adalah kelompok kesadaran (viññāna). Rasa senang
atau tidak senang ketika melihat adalah kelompok perasaan (vedanā). Yang
mencerap obyek adalah kelompok pencerapan (saññā). Yang membuat
perhatian untuk melihat adalah kelompok bentuk-bentuk
mental (sankhāra).
Jika seseorang tidak bermeditasi sewaktu melihat, ia cenderung berpikir bahwa
proses melihat tersebut sudah terjadi sebelumnya, dan sedang terjadi lagi
sekarang. Atau saat seseorang melihat benda-benda yang indah, ia mungkin
berpikir bahwa melihat adalah bagus.
Dengan
berpikir demikian, seseorang selalu mencari benda-benda yang indah dan menarik
untuk menikmati proses melihat. Seseorang pergi melihat perayaan dan menonton
film, walaupun menghabiskan uang, menyita waktu, dan membahayakan kesehatan,
karena ia berpikir hal tersebut menyenangkan. Kalau tidak, ia tidak akan
menghabiskan waktu dan usahanya. Berpikir bahwa apa yang dilihat adalah “Aku”
atau berpikir “Aku menikmatinya” itulah pencengkeraman pada proses melihat yang disertai
dengan hasrat dan pandangan salah. Karena proses-proses di atas mencengkeram
obyek, mental dan jasmani yang muncul pada saat melihat disebut dengan kelompok pencengkeraman.
Anda
mencengkeram dengan cara yang sama ketika mendengar, mencium, mengecap,
menyentuh, atau berpikir. Anda mencengkeram khususnya pada mental yang
berpikir, mengkhayal, dan merenung – pada ego. Jadi lima kelompok
pencengkeraman adalah hanya hal-hal mental dan jasmani yang muncul pada enam
pintu indera bilamana seseorang melihat, mendengar, merasa, atau mencerap. Kita
harus berusaha melihat kelompok-kelompok ini sebagaimana adanya. Bermeditasi dan
melihat mereka sebagaimana adanya, itulah yang dimaksud pengetahuan pandangan
terang.[7]
Dalam gaya meditasi Vipassana kesadaran
awalnya difokuskan pada naik dan turunnya nafas dan kemudian (saat respirasi
hampir diskors dan pikiran dan hati masih) di kedua beberapa simbol sederhana
(nyala lilin), bagian tubuh (ibu jari atau ujung hidung) atau konsep (yang
diberikan salah satunya adalah tidak mungkin untuk membangkitkan gangguan
emosional atau intelektual).
Satu sekolah sangat berpengaruh
meditasi Buddha di abad ke-20 adalah Tradisi Hutan Thailand yang termasuk
praktisi terkemuka seperti meditasi sebagai Ajahn Thate, Ajahn Maha Bua Ajahn
Chah dan.
Di sekolah Mahayana Jepang, Tendai
(Tien-tai), konsentrasi dibudidayakan melalui ritual yang sangat terstruktur. Terutama
di sekolah Buddhisme Cina Chan (yang bercabang ke Zen Jepang, dan Korea Seon
sekolah), ts'o Ch'an meditasi dan praktek-praktek meditasi koan memungkinkan
praktisi untuk langsung mengalami sifat sejati dari realitas (masing-masing
nama sekolah-sekolah ini berasal dari bahasa Sansekerta dhyana, dan
diterjemahkan menjadi "meditasi" dalam bahasa masing-masing).
Esoteris sekte Shingon saham banyak fitur dengan Buddhisme Tibet.
Para penyair haiku Jepang Basho
melihat puisi sebagai suatu proses meditasi yang bersangkutan dengan seni
menggambarkan penampilan singkat dari diri yang kekal, keabadian, dalam keadaan
dunia.
Kami mendapatkan rasa tujuan ini
etika dalam tulisannya pada saat dimulainya Jalan klasik karyanya Persempit ke
Utara Deep. Dalam ziarah yang lebih kesepian dan mungkin lebih besar daripada
yang digambarkan dalam Chaucer Canterbury Tales, Basho mencerminkan tentang
kematian dalam puisi dan prosa bercampur saat ia perjalanan utara dari kuil ke
kuil.
Buddhisme Tibet (Vajrayana)
menekankan Tantra bagi para praktisi senior; maka nama alternatif nya
Tantrayana Buddhisme.[8]
Vipassana Bhavana
Dalam melaksanakan Vipassana
Bhavana, objeknya adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau pancakhanda
(lima kelompok faktor kehidupan). Ini dilakukan dengan memperhatikan
gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata
bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca (ketidakkekalan), dukkha
(penderitaan), dan anatta (tanpa aku).
Pancakhandha (lima kelompok faktor
kehidupan) terdiri atas: rupa- khandha (kelompok jesmani), vedana khandha
(kelompok perasaan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), dan
vinanna-khandha (kelompok kesadaran). sesungguhnya, yang disebut pancakhandha
itu adalah makhlik.
Empat amcam satipatthana (empat
macam perenungan) terdiri atas: kaya-nupassana (perenungan terhadap badan
jesmani), vedana-nupasanna (perenungan terhadap perasaan), citta –nupassanana
(perenungan terhadap pikiran), dan Dhamma-nupassana (perenungan terhadap
bentuk-bentuk pikiran).
Di sini direnungkan bentuk-bentuk
pikiran dengan sewajarnya, direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam
rintangan (nivarana), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok
faktor kehidupan (pancakkhandha), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam
landasan indiriya dalam dan luar (dua belas ayatana), direnungkan bentuk-bentuk
pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (Satta Bojjhanga), dan direnungkan
bentuk-bentuk pikiran dari empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Sacanni).
2.SEPULUH MACAM VIPASSANUPAKILESA
Vipassanupakilesa
berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambat perkembangan Pandangan
terang, di dalam melaksanakan Vipassana Bhavana. Vipassanupakilesa ini ada
sepuluh macam, yaitu:
1.
Obhasa ialah sinar-sinar yang gemerlap, yang
bentuk dan keadaannya bermacam-macam, yang kadang-kadang merupakan pandngan
yang menyenangkan.
2.
Piti ialah kegiuran, yang merupakan perasaan
yang nyaman dan nikmat. Piti ada lima macam menurut keadaan, yaitu:
a.
khudaka Piti ialah kegiuran yang kecil, yang
suasanya seperti bulu badan yang terangkat atau merinding.
b.
Khanika Piti ialah kegiuran yang sepintas lalu
menggerakan badan.
c.
Okkantika piti ialah kegiuran yang menyeluruh
yang suasananya meriang diseluruh badan seperti ombak laut memecah pantai.
d.
Ubbonga Piti ialah kegiuran yang mengakat,
yang suasananya seolah-olah mengangkat badan naik ke udara.
e.
Pharana Piti ialah kegiuran yangmenyerap
seluruh badan, yang suasananyaseluruh badan seperti teresap oleh perasaan yang
menakjubkan.
3.
Pasadi, ialah ketenangan batin yang
seolah-olah orang telah mencapai penerangan sejati.
4.
Sukha, ialah perasaan uang berbahagia, yang
seolah-olah orang telah mencapai penerangan sejati.
5.
Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan
agar setiap orang juga seperti dirinya.
6.
Paggaha ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih
daripada semestinya.
7.
Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang
sering timbul dan mengganggu perkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan
saat yang sekarang ini.
8.
Nana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan
mengganggu jalannya praktek meditasi.
9.
Upekkha, ialah keseimbngan batin, dimana
pikiran tidak mau bergerak untuk menyadari proses-proses yang timbul.
10. Nikanti, ialah
perasaan puas terhadap objek-objek.
Sepuluh macam
vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembangan Sammasana-Nana, yaitu
nama yang ketiga.
3.EMPAT MACAM VIPALLASA-DHAMMA
Vipallasa-dhamma
berarti kekhayalan, atau kepalsuan, atau kekeliruan yang berkenaan dengan paham
yang menganggap sesuatu kebenaran sebagai sesuatu kesalahan dan kesalahan
sebagai sesuatu kebenaran. Vipallasa-Dhamma ini ada empat macam dan dapat
dibasmi dengan melaksanakan empat macam satipatthana.
Keempat macam
Vipalassa-Dhamma itu ialah:
1.
Subha-Vipalassa yaitu kekeliruan dari
pencerapan, pikiran, dan pandangan, yang menganggap sesuatu yang tidak cantik
sebagai cantik. Subha-Vipalassa ini dapat dibasmi dengan melaksanakan
kaya-nupassana.
2.
Sukha-Vipalassa yaitu kekeliruan dari
pencerapan, pikiran, dan pandangan, yang menganggap sesuatu yang di derita sebagai
bahagia . Sukha-Vipalassa ini dapat dibasmi dengan melaksanakan
Vedana-nupassana.
3.
Nicca-Vipalassa yaitu kekeliruan dari
oencerapan, oikiran, dan pandangan, yang menganggap sesuatu yang tidak kekal
sebagai akal. Bicca-Vipalassa ini dapat dibasmi dengan melaksanakan
citta-nupassana.
4.
Atta-Vipalassa yaitu kekeliruan dari
pencerapan, pikiran, dan pandangan, yang menganggap sesuatu yang tanpa aku
sebagai aku. Atta-Vipalassa ini dapat dibasmi dengan melaksanakan
Dhamma-nupassana[10].
5.
Pedoman Untuk
Meditator Vipassana
Hal-hal terpenting
bagi seorang meditator.
Lima hal terpenting bagi seorang
meditator yang ingin menjalankan meditasi vipassana untuk mencapai kebahagian tertinggi
adalah sebagai berikut:
a.
Pembimbing yang berkualitas
b.
Keyakinan yang teguh
c.
Disiplin yang baik
d.
Kejujuran sejati
e.
Ketekunan terus menerus.[11]
KESIMPULAN
Meditasi adalah membiasakan diri kita agar
senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis, dan konstruktif. Dengan
bermeditasi kita dapat membangun kebiasaan baik dari pikiran kita. Meditasi
dilakukan dengan pikiran, artinya meskipun kita duduk dengan sikap sempurna,
melaksanakan meditasi dalam waktu yang cukup lama, naming pikiran kita berlari
kesana kemari dengan liar, dan memikirkan objek-objek kemelekatan, itu bukanlah
meditasi.
Meditasi Buddhis ada dua macam
yakni, sebagai berikut:
1.
Meditasi Samatha-Bhavana yakni
meditasi untuk mencapai keterangan hidup. Dalam abad nuklir ini, dimana
kehidupan terasa semakinkeras dan kompleks, memang sangat dibutuhkan meditasi
samatha bhavana ini, untuk menghilangkan stress, frustasi dan untuk menciptakan
ketenangan batin.
2.
Meditasi Vipassana-Bhavana, yakni
mediatsi yang dapat membersihkan kekotoran bathin dan pikiran secara total,
sehingga kita dapat mencapai pandangan terang.
Meditasi
Buddhis pada dasarnya berkaitan dengan dua tema: mengubah pikiran dan
menggunakannya untuk mengeksplorasi dirinya sendiri dan fenomena lain.Sang
Buddha sejarah sendiri, Siddhartha Gautama, dikatakan telah mencapai pencerahan
saat bermeditasi di bawah pohon Bodhi.
Yang
pertama terdiri dari praktek bertujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk
memfokuskan perhatian tunggal-tajam, yang terakhir termasuk praktek-praktek
bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan kebijaksanaan melalui melihat sifat
sejati dari realitas.
DAFTAR PUSTAKA
Diputrha
Okta, Meditasi I,( Jakarta: Vajra Dharma Nusantara, 2004).
Diputra Okta, Meditasi II, (Jakarta:
Vajra Dharma Nusantara, 2004).
Dhammananda
Sri, Meditasi untuk siapa Saja, (Jakarta: Pustaka Karaniya, 2003).
Hoay kwee Tek, Meditasi dan Sembahyang,
(Jakarta, 1991).
http://www.news-medical.net/health/Meditation-Spirituality-and-Religion-(Indonesian).aspx
http://www.news-medical.net/health/Meditation-Spirituality-and-Religion-(Indonesian).aspx
[1] Okta Diputrha, Meditasi I, 2004.
[3]
http://www.news-medical.net/health/Meditation-Spirituality-and-Religion-(Indonesian).aspx
[4] Kwee Tek Hoay, Meditasi dan
Sembahyang, 1991. h18
[5] Ibid.19
[6] ibid
[7]
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/dasar-dasar-meditasi-vipassana/
[8]
http://www.news-medical.net/health/Meditation-Spirituality-and-Religion-(Indonesian).aspx
[9] Okta Diputhera, Meditasi II,
2002. h109-112
[10]Ibid114-116
[11]
Sri Dhammananda, Meditasi untuk Siapa Saja, 2003. h113
0 komentar:
Posting Komentar